Rabu, 22 Agustus 2012

♥ Manajemen Waktu ♥


Foto: ♥ Manajemen Waktu ♥

Suatu hari, seorang ahli 'Manajemen Waktu' berbicara di depan sekelompok mahasiswa bisnis, dan ia memakai lustrasi yg tidak akan dengan mudah dilupakan oleh para siswanya.

Ketika dia berdiri dihadapan siswanya dia mengeluarkan toples berukuran galon yg bermulut cukup lebar, dan meletakkannya di atas meja.

Lalu ia juga mengeluarkan sekitar selusin batu berukuran segenggam tangan dan meletakkan dengan hati-hati batu-batu itu kedalam toples. Ketika batu itu memenuhi toples sampai ke ujung atas dan tidak ada batu lagi yg muat untuk masuk ke dalamnya, dia bertanya: "Apakah toples ini sudah penuh?"

Semua siswanya serentak menjawab, "Sudah!" Kemudian dia berkata, "Benarkah?"
Dia lalu meraih dari bawah meja sekeranjang kerikil. Lalu dia memasukkan
kerikil-kerikil itu ke dalam toples sambil sedikit mengguncang-guncangkannya,
sehingga kerikil itu mendapat tempat diantara celah-celah batu-batu itu.

Lalu ia bertanya kepada siswanya sekali lagi: "Apakah toples ini sudah penuh?"

Kali ini para siswanya hanya tertegun,"Mungkin belum!", salah satu dari siswanya menjawab.
"Bagus!" jawabnya.

Kembali dia meraih kebawah meja dan mengeluarkan sekeranjang pasir. Dia mulai memasukkan pasir itu ke dalam toples, dan pasir itu dengan mudah langsung memenuhi ruang-ruang kosong diantara kerikil dan bebatuan.

Sekali lagi dia bertanya, "Apakah toples ini sudah penuh?"

"Belum!" serentak para siswanya menjawab.

Sekali lagi dia berkata, "Bagus!"

Lalu ia mengambil sebotol air dan mulai menyiramkan air ke dalam toples, sampai toples itu terisi penuh hingga ke ujung atas. Lalu si Ahli Manajemen Waktu ini memandang kepada para siswanya dan bertanya: "Apakah maksud dari ilustrasi ini?"

Seorang siswanya yg antusias langsung menjawab, "Maksudnya, betapapun penuhnya jadwalmu, jika kamu berusaha kamu masih dapat menyisipkan jadwal lain kedalamnya!"

"Bukan!", jawab si ahli, "Bukan itu maksudnya. Sebenarnya ilustrasi ini
mengajarkan kita bahwa :
JIKA BUKAN BATU BESAR YANG PERTAMA KALI KAMU MASUKKAN, MAKA KAMU TIDAK AKAN
PERNAH DAPAT MEMASUKKAN BATU BESAR ITU KE DALAM TOPLES TERSEBUT.

"Apakah batu-batu besar dalam hidupmu? Mungkin anak-anakmu, suami/istrimu, orang-orang yg kamu sayangi, persahabatanmu, kesehatanmu, mimpi-mimpimu. Hal-hal yg kamu anggap paling berharga dalam hidupmu. Ingatlah untuk selalu meletakkan batu-batu besar tersebut sebagai yg pertama, atau kamu tidak akan pernah punya waktu untuk memperhatikannya. Jika kamu mendahulukan hal-hal yang kecil dalam prioritas waktumu, maka kamu hanya memenuhi hidupmu dengan hal-hal yang kecil, kamu tidak akan punya waktu untuk melakukan hal yang besar dan berharga dalam hidupmu".

Sumber : Dunia Motivasi 

Suatu hari, seorang ahli 'Manajemen Waktu' berbicara di depan sekelompok mahasiswa bisnis, dan ia memakai lustrasi yg tidak akan dengan mudah dilupakan oleh para siswanya.

Ketika dia berdiri dihadapan siswanya dia mengeluarkan toples berukuran galon yg bermulut cukup lebar, dan meletakkannya di atas meja.

Lalu ia juga mengeluarkan sekitar selusin batu berukuran segenggam tangan dan meletakkan dengan hati-hati batu-batu itu kedalam toples. Ketika batu itu memenuhi toples sampai ke ujung atas dan tidak ada batu lagi yg muat untuk masuk ke dalamnya, dia bertanya: "Apakah toples ini sudah penuh?"

Semua siswanya serentak menjawab, "Sudah!" Kemudian dia berkata, "Benarkah?"
Dia lalu meraih dari bawah meja sekeranjang kerikil. Lalu dia memasukkan
kerikil-kerikil itu ke dalam toples sambil sedikit mengguncang-guncangkannya,
sehingga kerikil itu mendapat tempat diantara celah-celah batu-batu itu.

Lalu ia bertanya kepada siswanya sekali lagi: "Apakah toples ini sudah penuh?"

Kali ini para siswanya hanya tertegun,"Mungkin belum!", salah satu dari siswanya menjawab.
"Bagus!" jawabnya.

Kembali dia meraih kebawah meja dan mengeluarkan sekeranjang pasir. Dia mulai memasukkan pasir itu ke dalam toples, dan pasir itu dengan mudah langsung memenuhi ruang-ruang kosong diantara kerikil dan bebatuan.

Sekali lagi dia bertanya, "Apakah toples ini sudah penuh?"

"Belum!" serentak para siswanya menjawab.

Sekali lagi dia berkata, "Bagus!"

Lalu ia mengambil sebotol air dan mulai menyiramkan air ke dalam toples, sampai toples itu terisi penuh hingga ke ujung atas. Lalu si Ahli Manajemen Waktu ini memandang kepada para siswanya dan bertanya: "Apakah maksud dari ilustrasi ini?"

Seorang siswanya yg antusias langsung menjawab, "Maksudnya, betapapun penuhnya jadwalmu, jika kamu berusaha kamu masih dapat menyisipkan jadwal lain kedalamnya!"

"Bukan!", jawab si ahli, "Bukan itu maksudnya. Sebenarnya ilustrasi ini
mengajarkan kita bahwa :
JIKA BUKAN BATU BESAR YANG PERTAMA KALI KAMU MASUKKAN, MAKA KAMU TIDAK AKAN
PERNAH DAPAT MEMASUKKAN BATU BESAR ITU KE DALAM TOPLES TERSEBUT.

"Apakah batu-batu besar dalam hidupmu? Mungkin anak-anakmu, suami/istrimu, orang-orang yg kamu sayangi, persahabatanmu, kesehatanmu, mimpi-mimpimu. Hal-hal yg kamu anggap paling berharga dalam hidupmu. Ingatlah untuk selalu meletakkan batu-batu besar tersebut sebagai yg pertama, atau kamu tidak akan pernah punya waktu untuk memperhatikannya. Jika kamu mendahulukan hal-hal yang kecil dalam prioritas waktumu, maka kamu hanya memenuhi hidupmu dengan hal-hal yang kecil, kamu tidak akan punya waktu untuk melakukan hal yang besar dan berharga dalam hidupmu".

Menjadi Muslimah Tangguh

 
Menjadi muslimah tangguh dan berkualitas tentu dambaan setiap wanita Islam. Namun belum banyak wanita Islam yang menjadi muslimah berkualitas dan tangguh dalam konteks sebenarnya, yakni sesuai dengan syariat Islam.

Banyak wanita Islam saat ini berprestasi dalam urusan dunia, seperti karir, pendidikan ataupun bisnis. Namun kurang kualitas akhlak, agama, ataupun terhadap keluarganya. Lantas, apa yang harus dilakukan untuk menjadi muslimah tangguh dan berkualitas sesuai syariat Islam?

"Ada empat persiapan yang harus dipenuhi jika ingin menjadi muslimah yang tangguh. Pertama, persiapan spiritual," ujar Psikolog UI, Bunda Raden Ajeng Ery Soekresno dalam acara Madrasah Muslimah bertema 'Menjadi muslimah Tangguh' di Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (12/8/2012).

Persiapan spiritual, kata Bunda Ery, muslimah harus memiliki keimanan sebagai pondasi utama. Perempuan harus mempunyai kejelasan loyalitas, prinsip, dan memiliki akhlak karimah. Muslimah tangguh menurutnya juga harus banyak melakukan rutinitas ibadah seperti qiyamullail, tilawah Alquran dan dzikrullah.

Kedua, lanjut Bunda Ery, adalah persiapan intelektual. "Salehah saja tidak cukup, tapi harus diimbangi dengan intelektual. Istilahnya tidak boleh gaptek, harus memiliki pengetahuan modern serta kecakapan," tuturnya.

Ketiga, persiapan fisik. Muslimah berkualitas juga harus senantiasa sehat dan menjaga kesehatan secara teratur. "Masih muda harus banyak makan buah dan sayur biar sehat," tambahnya.

Terakhir, kesiapan materi. Menurutnya, wanita Islam harus memiliki penghasilan sendiri. Meski demikian, memperoleh penghasilan sendiri harus tetap pada jalur dan frame Allah, tanpa menelantarkan pekerjaan utama sebagai istri dan ibu

Dengan persiapan tersebut, menurut Bunda Ery, maka wanita Islam dapat menjadi muslimah tangguh ulet, tahan banting, tabah dan tahan menderita serta tidak mudah putus asa. Sebab menurutnya, menjadi muslimah tangguh bukanlah pilihan, melainkan menjadi keharusan.

"Tangguh itu sukar dikalahkan, tidak lemah, kokoh, dan tabah. Kekuatan seorang muslimah adalah selalu fresh dan tidak sakit. Implikasinya yaitu rajin menjaga kesehatan. Kaum muslimah juga harus kuat dalam kemauan dan memiliki sejuta obsesi dan mimpi yang bisa diwujudkan," jelasnya.

Bunda Ery lalu mencontohkan ketangguhan seorang Zaenab Al Ghazali, aktifis muslimah dari Mesir yang memperjuangkan hak-hak wanita namun akhirnya dimasukkan ke dalam penjara yang berisi banyak anjing. Berkat ketabahannya, Zaenab tidak mengalami luka sama sekali di sekujur tubuhnya.

"Tangguhnya Zaenab Al-Ghazali karena kekuatan dari akidahnya," imbuh Bunda Ery.

Contoh lain adalah Ummu Muhammad, istri dari pejuang Afghanistan asal Palestina, Abdullah Yusuf Azzam. Ketika mendengar berita kematian suaminya karena dibom, Ummu Muhammad tidak bersedih tapi bersyukur.

"Beliau bersyukur, alhamdulillah akhirnya Allah menempatkan suaminya di tempat sebaik-baiknya tempat. Karena tujuannya ke negara itu, Afghanistan adalah untuk mencari syahid. Tangguhnya, dia ikhlas bersyukur akhirnya bisa syahid di Afghanistan," katanya.