Sahabat,
Ternyata,hanya mengetahui suatu kemaksiatan dan mengetahui bahayanya,tidak otomatis menjadikan orang menjauhi maksiat dan meninggalkan kemakasiatan itu.LIhatlah,berapa banyak justru orang berilmubmelakuakan kemaksiatan lebih besar daripada orang yang tidak berilmu.Berapa banyak justru orang yang mengetahui bahaya kemaksiatan itu,terjerumus di lumpur kemaksiatan yang sama.
Sahabat,
Merubah diri dari lali menjadi taat memang tidak mudah.Mengangkat kaki dari suatu kekeliruan yang sudah lama dilakuakn,lalu memindahkannya ke atas jalan yang benar dan baik,itu sulit.Justru masalah inilah yang pertama kali harus kita sadari dalam2.Seperti kata Imam Jauzi,”Jangan sekali2 engkau menganggap jalan ( merubah diri menjadi baik ) itu mudah.”Jalan itu dipenuhi sesuatu yang kita benci,banyak halangan,penuh duri2 tajam yang bias membuat kita sakit.
Hanya saja,jika kita sudah berhasil melewatinya,kita pasti akan melupakan seluruh rasa sakit,seluruh kelitihan itu.Jika telah melewatinya,kita akan merasakan kelezatan yang tak terbandingkan oleh kelezatan duniawi yang pernah kita rasakan.
Sahabat,
Mari kita dengarkan indahnya uraian nasehat Imam Ibnul Jauzi dalam kitab Shaidul Khatir tentang tahapan perjalanan yang harus kita lakuakan untuk menjadi lebih baik.
Menurut Ibnul Jauzi,yang harus kita lakukan pertama adalah memperbanyak diam untuk melatih jiwa agar tidak banyak mengeluarkan komentar dan tidak mudah bergolak,sehingga lisan kita juga lebih banyak diam.”Sesungguhnya lisan akan cenderung diam,jika jiwa tidak bergejolak.Dalam diam itu,engkau akan lebih bisa meraba keburukan.Jika engkau sudah bisa merabanya,maka jiwa akan luluh dan hancur,lalu menyadari bahwa dirimu berada di jalan yang berlawanan dari kehendak Allah swt.Setelah itu,ingatkanlah jiwa dengan kekelirua2 yang dilakuakan,satu persatu.Kenalialah apa akibat setiap kekeliruan itu,sampai benar2 disadari.”
Lupakan ketaatan kita sahabatku,
“Jika engkau menyadari diri telah lali dan melakuakan dosa,jadikan dirimu bisa berlama2 mengingat dosa itu,dan besar2kan ingatan tentang akibat dari kelalaian itu.Munculkanlah Waham seolah kita tidak melakuakan ketaan apa2 kecuali kemaksiatan itu.Lupakanlah ketaatn yang pernah engkau lakuakn.Sampai engkau yakin akan hancur bila tidak segera bertaubat.Sampai suara hati kita berteriak dan menangis.”
“Tapi,jika jiwamu tidak bangkit,dan air mata tidak mengucur juga,sampaikanlah kepada hati dan jiwa bahwa engkau tetap harus melepas diri dari kemaksiatan itu.Dan langkah ini takkan terjadi kecuali jika engaku tinggalkan semua sebab kemaksiatan,meninggalkan semua orang,semua teman,semua benda yang menjadi sebab dan tangga maksiat.Beritakanlah pada jiwa,bahwa engkau tidak akan bisa bertaubat dengan sah kecuali dengan meninggalkan semua itu.”
Langkah berikutnya,
Lemahkanlah jiwa dengan rasa lapar.Ibnul Jauzi mengatakan,”Jika jiwamu masih belum bisa melakuakn itu dan menolaknya,maka hancurkanlah kekerasan jiwa itu dengan memperbanyak puasa,hinakanlah ia dengan rasa lapar.Karena sesungguhnya jiwa jika mengalami sakit karena lapar,ia akan tunduk,mau mendengar dan cenderung pasrah untuk menerima apa saja.”
Perangi sikap menunda2.Ini nasihat Ibnul Jauzi selanjutnya.Bahwa tekad meninggalkan kemaksiatan itu sangat rentan dengan gangguan menunda2,dengan seribu satu alas an.”Jika engkau mendapati jiwa ingin menunda2 kembali,dan membayangkan waktu panjang atau pendek,bawalah ia secara paksa untuk mengingat tak ada ajal yang bisa diperkirakan.Bahwa mungkin saja ajal itu dating kepada jiwa sebelum ai menunaikan keinginan kembalinya.Lalu ulangi lagi katakana pada jiwamu tentang hukuman dan kengerian.”
Sahabat,
Jiwa yang sudah di kosongkan dari kemaksiatan harus segera diisi dengan kebalikan apa yang telah ditinggalkan.Imam Jauzi menganjurkan kita untuk mencari teman untuk jiwamua yang bisa member petunjuk,daripada teman yang bisa melupakan.Katanya,”Ajarkan dia berzikir untuk mengganti kelalaian dan kelupaan.Paksa ia untuk teliti dan berfikir daripada ceroboh dan terburu2.Beri dia kelezatan bermunajat kepada Allah swt,nikmatnya membaca kitab-NYa serta mempelajari ilmu pengetahuan.Kenali dia dengan sirah orang2 shalih dan bagaimana akhlak mereka.Lakuakn itu untuk mengisi kekosongan karena ia telah meninggalkan suasan kebatinan,lingkungan orang2 yang merusak.”
Sahabat,
Jika ini bisa kita lakuakan,kelak cahaya ketaatan pengganti kelalian itu akan terus merasuki jiwa dan semakin bersinar2 megusir kegelapan hawa nafsu.Kita akan menjadikan ketaatan sebagai tabiat dan hal yang biasa.Sebagaimana juga,dahulu,kemaksiatan itu telah menjadi tabiat dan hal yang biasa bagi jiwa kita.
Sahabat,
Tapi jangan anggap ini adalah akhir dari jalan perubahan kita.Karena,seperti juga di nasihatkan oleh Ibnul Jauzi,”sesungguhnya mencapai puncak itu sulit,tapi bertahan tetap di puncak itu lebih sulit.”
Dan kita akan tetap bertahan untuk berada disini bersama2.Menarik dan mengangkat diri kita bersama2 hingga keadaan semakin tinggi.Lalu saling berpegangan tangan saat di hempas ujian dan fitnah,agar tidak jatuh.
By : Tarbawi,4 Agustus 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar