“Siapa yang melihat akhir suatu perkara di akhir langkahnya,dengan mata hatinya,kelak akan beroleh hasil yang sangat baik dari perbuatannya dan akan selamat dari akibat buruknya” (Imam Ibnu Jauzi)
Fungsi Stasiun – Stasiun Kenangan
1. Untuk Mendidik Generasi
Perilaku pahlawan,kerap membawa dirinya dalam kehati2an & strategi ketika membentuk stasiun kenanganya.Seperti Imam Ahmad Bin Hanbal.Dimasa khalifah al Ma’mun,ia di paksa mengakui ajaran Muktalizah,bahwa Al – Qur’an adlh Makhluk.Namun Imam Ahmad bertahan dengan pendiriannya bahwa Al – Qur’an bukan makhluk melainkan Kalamullah.Hingga ia di penjara dan di siksa berhari2.
dan suatu saat ia bertemu dengan Abu Ja’far.Dan beliaupun berkata,”Wahai Imam,engkau pemuka umat,karena uamat ada di belakangmu.Demi Allah,bila engkau mau menjawab bahwa Al – Qur’an itu makhluk,pasti umat akan mengikutimu,dan bila engkau tidak mau menjawab,maka uamt juga akan satu kata denganmu.BIla engkau tidak mati di unuh orang,pasti engkau juga akan mati dengan cara yang lain.Maka janganlah engkau menuruti kehendak mereka.”
dan suatu saat ia bertemu dengan Abu Ja’far.Dan beliaupun berkata,”Wahai Imam,engkau pemuka umat,karena uamat ada di belakangmu.Demi Allah,bila engkau mau menjawab bahwa Al – Qur’an itu makhluk,pasti umat akan mengikutimu,dan bila engkau tidak mau menjawab,maka uamt juga akan satu kata denganmu.BIla engkau tidak mati di unuh orang,pasti engkau juga akan mati dengan cara yang lain.Maka janganlah engkau menuruti kehendak mereka.”
Apa yang ia lakukan itu kemudian bener2 menjadi prasati dan stasiun kenanga bagi orang yang mengikutinya,bahkan hingga sekarang.Secara sadr ia memilih prasasti keteguhan sebagai uapaya mendidik masyarakat dan generasi sesudahnya.
2. Untuk Menjaga diri dari Ketergelinciran
Dirjen Dikti Prof.Dr Satriyo Soemantri Brojonegoro,menerima kembalisurat sang ayah yang telah wafat 32 tahun yang lalu.
Saat acara di mulai,mantan kepala sekolahnya member sepucuk surat kepadanya.”Satryo,saya kira ini sudah saatbta kamu memiliki,” kata mantan kepala sekolah itu.
Saaat membacanya,Satryo seperti tercekat.Surat itu di tulis ayahnya pada Juni 1973 lalu.
“kepada Br Honorotus,kepala sekolah SMA Pangudi Luhur,Jakarta.Kami meminta maaf karena anak kami,Satryo akan dating terlambat di sekolah karena harus mengantar kami ke lapangan terbang kemayoran dalam rangka berobat ke Amerika Serikat.”ttd.Soemantri Brojonegoro (Mentri P dan K 1973 ).
Satryo mengaku, penggunaan nama ayahnya secara lengkap di belakang namanya merupakan tanggung jawabnya untuk menjaga integritas ayahnya yang di kenal bersih pada masanya.Bayangkan,seorang mentri P dan K menulis surat permohonan ijin terlambat masuk sekolah anaknya,buat seorang kepala sekolah SMA Swasta.
Sepucuk surat dari orang penting di dunia pendidikan itu adalah prasasti yang di niatkan agar anaknya tidak tergelincir dengan jabatan,kemudahan dan status yang di milikinya.
3. Untuk Menebarkan Kasih Sayang
4. Untuk Refleksi Diri
BUku Shaidul Khatir karya Imam Ibnul Jauzi,bermula dari catatan peristiwa yang di alaminya,yang bermuatan perenungan diri.Refleksi,Keluasan,Cakrawala,tergambar dalam torehan itu.
YusufQordowi,ulama terkemuka,awalnya enggan menuliskan catatan perjalan hidupnya.Ia menganggap menulis sejarah hidup oleh diri sendiri sering tidak objaktef.Ia juga khawatir jika muncul pujian orang akibat catatan itu.Yusuf Qardawi baru menulis catatan hidupnya setelah masuk openjara,setelah seorang sahabatnya menyampaikan bahwa ia amat perlu untuk menulis perjalanannya.Karena jika di tulis orang Lain,boleh jadi justru akan akan terlalu memujinya.
Hingga kini buah kehidupan ulama2 itu,menjadi ajang refleksi untuk sekian banyak umat.
Upaya Untuk Merancang kenangan :
1. Mendokumentasikan Kenangan
Setiap episode dalam kehidupan kita bias kita dokumentasikan.karena kita tidak akan mampu mengurai beragam peristiwa masa lalu,tanpa da prasati yang menyertainya.
“Ilmu itu laksana hewan buruan,dan tulisan adalah pengikatnya.IKatlah buruanmu dengan tali yang kuat.Diantara tanda kebodohan,engkau berburu rusa lalu engkau tinggalkan ia di alam terbuka.” (Imam Syafii)
“Ilmu itu laksana hewan buruan,dan tulisan adalah pengikatnya.IKatlah buruanmu dengan tali yang kuat.Diantara tanda kebodohan,engkau berburu rusa lalu engkau tinggalkan ia di alam terbuka.” (Imam Syafii)
2. Belajarlah dari masa lalu orang lain
Merancang kenangan,di saat kita tidak dapat/ belum menemukan cara bagaimana memulainya,adalag sesuatu yang dapat kita pelajari dari orang lain.Mungkin secara langsung,mungkin juga tidak.Sejarah telah banyak menulis orang2 besar,yang sukses menjalani kehidupan mereka dan menikmati kenangan manis di ujung / setelah kehidupan mereka,tentu karena mereka sanggup merancang kenangan di kala berbagai peristiwa dalam setiap episode hidupnya, dan sanggup mengolah setiap peristiwa itu dengan baik.
Kekaguman kita yang muncul,sebenarnya adalah dorongan jiwa,agar kita melakukan sebuah tindakan sebuah tindakan yang bisa mengantarkan kita ke posisis seperti orang yang bercerita,bahkan meleBIHINYA.Karena itu,mengenang murupakan bagian dari tafakur,yang berarti evaluasi perjalanan diri,perlu banyak bercermin pada diri orang lain.
“Renungilah wahai jiwaku,tidak ada sesuatu yang terjadi karena kecerobohan.Timbangan keadilan itu akan bisa menangkap biji yang sangat kecil sekalipun.Renungilah orang2 yang sudah mati dan yang masih hidup.Lihatlah siapa orang yang di ingat kebaikannya dan siapa yang di ingat keburukannya.Sesungguhnya Allah itu Maha Cepat dalam Menghisab.”
“Renungilah wahai jiwaku,tidak ada sesuatu yang terjadi karena kecerobohan.Timbangan keadilan itu akan bisa menangkap biji yang sangat kecil sekalipun.Renungilah orang2 yang sudah mati dan yang masih hidup.Lihatlah siapa orang yang di ingat kebaikannya dan siapa yang di ingat keburukannya.Sesungguhnya Allah itu Maha Cepat dalam Menghisab.”
Ibnul Jauzi.
3. Sadari posisi dalam porsi apapun dan bangun empati pada posisi itu.
Setiap kita sejak sat ini harus sadar,bahwa setiap episode yang akan datang,hakekatnya adalah masa yang sangat berharga,dimana orang tidak mampu mengekspresikan dengan amal baik dianggap oleh Allaj swt sebagai orang yang merugi.Bahwa setiap episode adalah stasiun tempat membangun monumen kenangan.Bahwa setiap episode adalah stasiun harus ada prasasti yang memberikan empati kepada orang lain.
4. Waspadai jika tidak sanggup merancang stasiun kenangan.
Menurut Imam Al Jauzi,kita laksana murid 2 yang ada dalam kelas untuk belajar apa saja,seperti belajar menulis / sastra agar murid2 tsb bisa memiliki masa depan yang lebih baik.
Jadi ada yang bodoh,pintar,sedang.
5. Lahirkan semangat karena dengan kenangan kita berharap kihidupan yang lebih baik.
Setiap kita akan di kumpulkan di akhirat berdasarkan semangatnya,kata ibnul Jauzi.
Kita akan mendapatkan apa yang pernah kita lakuakan dengan semangat itu.Jika kita ingin mencapai kebahagiaan hidup di masa akan datang,kita tidak boleh puas dengan keterbatasan sekarang.Jika kita ingin kenangan manis di masa tua,kita tidak boleh lupa merancangnya dari sekarang.Seperti juga,jika kita ingin kesempurnaan akhirat,kita tidak boleh puas dengan keterbatasan dunia.
Dan bila ingin melahirkan semangat itu,maka sebenernya kita tidak menyesal jika suatu saat tidak ada kenangan yang dapat membahagiaan hidup kita
Tarbawi,4 Agustus 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar