Senin, 24 Februari 2014

HUKUM TRUK SAMPAH

Pasti tahu dengan gambar mobil disamping plus dengan fungsinya.
Yuuuppp..
Mengangkut sampah dari berbagai sumber, dari rumah tangga sampai limbah pabrik.
Yang membawa bau busuk, kotoran, kuman dan banyak lagi...
Namun entah kenapa banyak orang yang menjadi seperti truk sampah ini.
Termasuk diriku sendiri.
Kemana - mana bawa masalah dan menumpahkannya pada orang lain.
Hanya karena sering mendapatakan curhatan temen satu kos2an yang itu2 aja. Nggak 'MOVE ON' dari masalahnya yang itu - itu aja.

Dan semoga Cuplikan di bawah ini mampu mengingatkan aku untuk TIDAK menjadi pribadi 'TRUK SAMPAH', dan semoga teman2 mendapat ibrohnya juga...
Aaaammiiinnn.....

Hukum Truk Sampah
Suatu pagi, seorang pria naik sebuah taksi dan pergi menuju bandara. Ketika sedang melaju cepat (pada jalur yang benar), tiba-tiba sebuah mobil hitam, tanpa memberi tanda apa pun, menyerobot mengambil jalan di depan taksi itu.
Si supir taksi menginjak pedal rem dalam-dalam hingga ban mobilnya berdecit dan berhenti hanya beberapa sentimeter dari mobil tersebut.
Pengemudi mobil hitam membuka jendela, menjulurkan kepalanya, dan memaki-maki si supir taksi. Namun apa yang terjadi? Supir taksi hanya tersenyum dan melambaikan tangan dengan ringan, pada orang tersebut.
Penumpangnya sangat heran dengan sikap sopir taksi yang bersahabat. Ia bertanya, “Kok Bapak bisa bersikap seperti itu? Pengemudi mobil hitam itu bisa saja menabrak dan merusak taksi Bapak, juga bisa bikin kita masuk rumah sakit!”
Supir taksi itu, kemudian menjelaskan “Hukum Truk Sampah” pada penumpangnya. Katanya, banyak orang yang seperti truk sampah. Mereka berjalan membawa “sampah”, seperti rasa frustasi, kemarahan, dan kekecewaan. Seiring dengan semakin penuh kapasitasnya, semakin mereka membutuhkan tempat untuk membuangnya, dan seringkali mereka membuangnya kepada Anda.

“Tidak usah dimasukkan ke dalam hati,” kata bapak tua pengemudi taksi itu. “Tersenyum saja! Lambaikan tangan, lalu lanjutkan hidup. Jangan ambil ‘sampah’ mereka untuk kembali membuangnya kepada orang lain yang Anda temui, baik di tempat kerja, di rumah, atau dalam perjalanan.”
Intinya, jangan biarkan “truk sampah” merusak suasana hati dan hari-hari kita. Kasihi orang yang memperlakukan Anda dengan baik dan benar, serta berdoalah bagi yang tidak. Hidup itu 10 persennya mengenai apa yang Anda buat dengannya dan 90 persen tentang bagaimana kamu menghadapinya.
Hidup bukan mengenai menunggu badai berlalu, tapi tentang bagaimana belajar menari dalam hujan.
Selamat menikmati hidup yang penuh berkah dan bebas dari “sampah”!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar